Ini Fakta bro…
Walaupun yang Mas Sayur ceritakan di sini adalah kondisi di kota Jayapura,jauh dari Pulau Jawa,tapi rasanya bisa mewakili kondisi perekonimian saat ini di seluruh Indonesia,terkait dengtan “penurunan” harga BBM yang sebenarnya sich tidak turun,tapi naik 100 rupiah dari harga sebelum di naikkan tanggal 1 November 2014 yang lalu.
Beberapa saat sebelum tulisan ini published,Mas Sayur sempat membeli sebotol bensin eceran untuk si Supri,Honda Supra 100 cc tahun 2002 seharga 10 rb per botol. **sebotol volume bensinnya mungkin hanya sekitar 800 ml 🙁
Dan seperti sudah di prediksi sebelumnya,bahwa penurunan harga bahan bakar minyak ini tentu AKAN SANGAT SULIT DI IKUTI OLEH PENURUNAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK..,berbeda dengan kenaikan harga BBM yang tanpa di komando,harga KEBUTUHAN POKOK LANGSUNG MENDAHULUI NAIK HARGA bahkan ketika kenaikan harga BBM masih sekedar isu dan belum di umumkan oleh pemerintah.
Kalau pinjem istilah Pak RT,harga barang itu kaku..,dan kaku itu kadang nggak enak 😀
Demikian pula dengan tarif angkutan.
Sepengetahuan Mas Sayur,tarif angkot di Kota Jayapura saatb ini masih belum mengalami perubahan pasca di naikkan saat pertama kali Pak Presiden Joko Widodo menaikkan harga Bahan Bakar Minyak ! November tahun 2014 yang lalu. Jadi sampai harga bajhan bakar turun dua kali,tarif angkot di Jayapura masih mengikuti harga “tinggi” 🙁
Tapi sepertinya,tak lama lagi Dishub akan merevisi tarif angkutan,di sesuaikan dengan harga bahan bakar…
Masalahnya,hal ini tentu akan menuai pro dan kontra dari para sopir dan pengusaha angkutan.
Sebagian dari mereka tak akan menerima begitu saja jika tarif angkot di turunkan,alasannya seperti ilustrasi di atas,harga barang yang lain selain bahan bakar minyak tidak turun.
Bagaimana dengan ojek..??
Nah..ini dia..
berbeda dengan angkutan kota yang di atur oleh Dishub,ojek seakan “berdiri sendiri”,pasang tarif “semau gue…,tapi kompak juga sich…
Berdasarkan pantauan Mas sayur,para tukang ojek di Pasar Youtefa Abepura Jayapura saat ini masih memakai tarif tinggi,sama seperti tarif pasca BBM di naikkan harganya oleh Pak Presiden Joko Widodo November 2014 yang lalu. Alasannya sama..,kebutuhan pokok yang lain selain bensin tidak turun.
Nggak usah jauh-jauh…Mas Sayur sendiri kadang merasa mumet ndhase ketika di omelin ibu-ibu..,”piye,to mas..,wong bensin sudah turun koq harga tahu dan tempe malah naik..? ” Nah 😯
Akhirnya dengan sangat terpaksa sekali Mas sayur jawab,”ma’af..ibu-ibu… saya ini juga korban…BUKAN PELAKU nya.. lha kalau harga dari pengrajin tempe dan tahu harganya sudah naik,mosok ya saya jual dengan harga lama,bisa gulung tikar saya.. ” 🙁