ZonaMotor.NET – Ojek sampai saat ini masih menjadi salah satu “moda transportasi” yang merakyat di se antero negeri.
Tak terkecuali di ujung timur negeri ini,Papua.
Di pedalaman Papua,yang notabene sarana dan prasarana akses jalan belum lah sebagus di perkotaan dan di tempat lain seperti di pulau Jawa,Ojek tentu menjadi transportasi andalan yang bisa di andalkan untuk bisa “menusuk” lebih dalam ke wilayah pemukiman yang tak bisa di jangkau dengan kendaraan roda 4.
Bagaimana cerita tentang ojek di sana..?
Kali ini Mas sayur akan sedikit bercerita tentang segala sesuatu mengenai ojek di Pedalaman Papua yang informasinya berhasil Mas sayur korek dari sumber originalnya..
Ingaat…ini original..bukan VCD Bajakan...
😉 ( hehehe… kemaren kan ada yang sempat nyindir nyindir kalau blogger itu ibarat VCD bajakan 😄, ah. Sudahlah…yang terpenting info yang disampaikan bukan Hoax saya rasa fine fine aja . 😊)
Terinspirasi dari dua orang yang bertemu secara tak sengaja di warung kopi,dari penampakannya,Mas sayur tahu mereka ini orang yang baru datang,terlihat dari barang bawaan yang banyak dan belum pernah bertemu sebelumnya.
Usut punya usut,ternyata dua pria ini berasal dari Lumajang Jawa Timur..
Adoooh..taretan dibik kanak... ( bhs. Madura : Saudara sendiri )
Setelah sarapan dan menyeruput kopi,Mas sayur ngobrol ngalor – ngidul dengan mereka dengan Bahasa daerahnya Pak Sakera,akhirnya terungkaplah jika tujuan mereka sebenarnya adalah ke Kabupaten Puncak Jaya dan di Jayapura,mereka hanya transit sehari menunggu penerbangan pesawat ke sana esok hari.
Dan tujuan mereka ke sana adalah untuk bekerja sebagai tukang ojek.
Apa yang membuat mereka tertarik mengojek di sana..??
Tentu masalah tarif.
Dari pengakuan mereka berdua yang sudah sering bolak-balik ke sana dan menjadi tukang ojek di sana,tarif ojek di sana menggiurkan.
Jarak terdekat sekitar 2-3 kilometer tarif minimalnya adalah 20 ribu rupiah.
Jarak menengah antara 5-10 kilometer tarifnya berkisar antara 50 – 75 ribu rupiah.
Sedangkan jarak jauh yang melebihi 20 kilometer,tarifnya tergantung kesepakatan antara penumpang dan si tukang ojek,bisa berkisar di angka 200 ribu an bahkan lebih.
Ngomong masalah omset,para tukang ojek di sana omset hariannya minimal adalah 800 ribu sampai 1 juta rup[iah,dan jika lagi rame bisa mendapatkan rezeki sampai 1,5 juta per hari , bro..
😉
Harga Bensin Mahal.
Tarif ojek yang tinggi bukan tanpa sebab,tingginya harga bensin di sana menjadi penyebabnya.
Harga Normal bensin Eceran di sana adalah 40 ribu per liter. (Baca di Halaman selanjutnya)
Di SPBU harga premium di sana menurut pengakuan mereka berdua adalah 25 ribu per liter,tapi SPBU di sana sering kosong stock BBM nya,bisa jadi karena aksi borong para pengecer.
Di singgung mengenai motor yang di pakai,mereka mengakui jika mereka memakai motor sewa,bukan beli sendiri..
Mereka menyewa motor yang di pakai bekerja sebesar 50 ribu per hari.
Dari sini bisa di hitung modal mereka per hari adalah sewa motor 50 ribu dan biaya bensin per hari yang paling banyak mereka habiskan adalah 3 liter untuk konsumsi BBM motor bebek 4 tak.
Ya…mayoritas armada ojek di sana menggunakan motor bebek 4 tak dan merk terbanyak yang di pakai di sana menurut pengakuan mereka adalah motor produksi produsen sayap kepak,bebek entry level Honda Revo dan Honda Supra series,baik yang 100 cc atau yang 125 cc.
Mengapa mereka tak membeli motor sendiri,sehingga bisa memangkas biaya sewa motor..??
Harga motor di sana Nggilani,bro…
Untuk harga motor bekas di pedalaman Papua mungkin akan Mas sayur buatkan artikel tersendiri.
Mempertaruhkan Nyawa.
Bukannya tidak tahu,para tukang ojek di Puncak Jaya tahu persis resiko mereka melakoni profesi tersebut.
Nyawa taruhannya…
Pertama adalah rute menuju ke sana dan hanya bisa di tempuh dengan pesawat udara berukuran mungil seperti gambar di atas dan rute penerbangan yang terkenal dengan medan dan cuaca ekstrimnya menjadi tantangan pertama yang harus berani di ambil jika mau menuju ke sana.
Ke dua, kondisi keamanan di pedalaman Papua yang masih menghangat tentu tak bisa di katakan aman 100% bagi mereka.
Mereka mengakui,rasa was-was itu selalu ada,tapi niat dan tekad yang bulat dan pasrah diri pada sang Khaliq telah mengalahkan segalanya…
Mas sayur tak bisa ceritakan di sini,betapa ada beberapa kasus para tukang ojek di pedalaman Papua yang harus pulang tinggal nama atau di pulangkan dalam sudahkondisi menjadi jenazah,dan kasus-kasus itu jarang yang ter ekspos media..
Mengenai hal ini,apa pendapat mereka..?
“Ajal sudah ada garis takdirnya,mas… Jika sudah waktunya tidak akan bisa di tunda ..,di manapun kita berada “
Itu lah prinsip mereka…
Di akhir percakapan dengan mereka,Mas sayur hanya bisa bersalaman dengan rasa haru,sambil mengucapkan ” selamat jalan taretan ( saudara ) ..,ngastete… ( hati-hati dan waspadalah).
Dan mereka berdua pun berjalan menuju tempat penginapan sementara mereka yang hanya beberapa meter dari warung tempat kami ngobrol,lalu Mas sayur pun pulang ke tempat kost,dan di sepanjang jalan,masih terngiang ucapan kepasrahan mereka tentang ajal seperti tertulis pada quote di paragrap di atas.