Era motor listrik ( molis ) di Indonesia sudah di mulai. Dorongan pemerintah berupa subsidi adalah wujud nyata keseriusan ke arah era EV. Dan gayung pun bersambut dari para “pemain” termasuk pabrikan motor besar di Indonesia. Tapi terus terang, Mas Sayur secara pribadi belum ada ketertarikan untuk membeli motor listrik (molis).
Baca Juga : Review Singkat Honda EM1.
Mengapa ?
Begini Penjelasannya.
Model motor listrik yang ada saat ini sudah sangat banyak. Yang di subsidi pemerintah saja per Januari 2024 sudah ada 50 model. Baca Tulisannya DI SINI.
Harganya pun bervariasi, tergantung fitur dan tekhnologinya masing-masing.
Efisiensi yang di gaungkan dari motor listrik memang nyata. Jauh lebih irit dari sepeda motor BBM fosil.
Tapi ada satu hal yang membuat Mas Sayur secara pribadi belum tertarik memiliki motor listrik.
Bukan karena harganya. Bukan pula karena perdebatan sumber penggerak pembangkit listrik juga menggunakan bahan bakar fosil, bukaaaan..,bukan karena hal itu. Biar kalian aja yang berdebat soal itu.. 😂🤣🤣
Tapi bagi Mas Sayur yang tergolong kaum Mendang-Mending dan menggunakan sepeda motor sebagai “all In one activity” , saat ini memiliki motor listrik belum lah efektif.
Masalahnya adalah di waktu pengecasan (yang masih butuh waktu berapa jam jam ) dan jarak tempuh yang kurang jauh.
Prinsip pribadi Mas Sayur soal motor listrik itu begini. Ini pendapat pribadi lho ya, menyesuaikan kebutuhan pribadi juga. Anda boleh berbeda ataupun menyanggah.
Motor listrik layak di miliki jika sudah bisa meng cover 90% kebutuhan aktifitas harian. Artinya sudah tidak memerlukan kendaraan berbahan bakar fosil lagi untuk aktifitas harian saya.
Jika motor listrik hanya bisa digunakan pada jarak pendek dan masih butuh kendaraan lain berbahan bakar fosil untuk aktifitas yang lebih urgen, artinya memiliki motor listrik bukanlah sebuah efisiensi. Tapi hanyalah sebuah pemenuhan keinginan, atau bisa jadi gengsi saja, bukanlah sebuah kebutuhan. Dan itu jatuhnya bukanlah efisiensi (pengiritan) , tapi malah pemborosan, karena harus ada 2 pos pengeluaran untuk kendaraan, yakni beban listrik dan biaya Bahan bakar minyak.
Belum lagi soal jumlah dan sebaran fasilitas pengecasan EV untuk publik (SPKLU) yang belum merata, apalagi di tempat Mas Sayur di Papua 😊.
Tapi ini hanya opini pribadi.
Ya maklumlah… Kami kaum Mendang-Mending mending..
Jadi saat ini, motor listrik belum menarik bagi Mas Sayur pribadi…
Kecuali…..
- Satu unit kendaraan listrik sudah bisa meng cover 90% atau bahkan 100% kebutuhan mobilitas harian, maka EV layak jadi kebutuhan. ATAU…
- Jika nanti ada motor listrik yang sudah bisa ngecas sendiri secara otomatis sambil dikendarai menggunakan panel Surya.., naaah, itu baru Mas Sayur mau beli… 😊
*Dibilang NGIMPI juga Ndak pa pa… Ingatlah.., suatu pencapaian yang besar itu berawal dari mimpi dulu…
Hehehehe…
Salam dari Jayapura.