Dengan catatan tidak terlampau ekstrim dan terjal serta jalan yang mulus . Terkadang kita sering mendengar ungkapan,bahwa motor matik itu cocoknya untuk kota kota saja,kalau untuk di kampung pelosok yang topografinya tidak rata agak menyulitkan.Akan tetapi booming motor matik akhir akhir ini seolah mematahkan ungkapan tersebut.
Apakah hal ini pertanda keberhasilan tim marketing..? Atau keinginan masyarakat akan motor yang simpel dan tidak ribet,atau mungkin masyarakat hanya latah dan ikut ikutan..?
Pertama yang kita pahami bahwa motor matik memang di ciptakan untuk mencapai kemudahan dan kenyamanan berkendara di tengah kemacetan,mengurangi beban pengendara pada kondisi stop and go di keramaian tanpa terusik perpindahan gigi dan tuas kopling. Jadi benar bahwa motor matik memang di ciptakan untuk berkendara di ‘kota- kota’ istilahnya.
Namun masyarakat yang di pelosokpun tentu ingin mendapatkan kenyamanan yang sama dari motor jenis ini tanpa memperhitungkan kondisi alam tempat tinggalnya. Nah..ketika mereka mendengar ungkapan di atas,apa jawab mereka..? “cocok saja,mas.. yang penting kita mau dan mampu beli,soal resiko kerusakan kan bisa di minimalisir dengan perawatan yang rutin dan perlakuan berkendara yang tak terlalu agresif”.
Jawaban yang cerdas memang, soal kerusakan memang tergantung perawatan dan pemakaian. Setangguh apapun sebuah motor,jika pemakaiannya sembrono dan perawatannya tak diperhatikan,tunggu saja hari naasnya. Lalu perawatan yang oke itu bagaimana..? Saya yakin teman teman semua pasti lebih tahu dari saya,nggak perlu saya tulis di sini. Lha kalau yang di pegunungan nggak boleh pake matik,apa harus pake yang beginian..?
aq sering bawa nex buat angkut sepeda ke bikepark.nih pidionya tanpa editan lah wong nganggo hp http://astralist.wordpress.com/2012/10/02/mblusuk-sama-abang-ireng/
wooh..keluar masuk hutan..?
Diprediksi, kalo matic dipake di daerah pegunungan, bakal sering ganti komponen.
Terutama brake shoe & brake pad, krn khan matic nggak ada engine brake-nya.
😀
:B
:O
ee.. 😀
aku pernah ke daerah bedugul di bali naek matik. Ampuuunnn mas gk kuat nanjak. Gas ditarik eh malah batuk tarik gas lbh dlem lagi mlh gk jalan. Max cma 40km/jm pas tanjakan gas mentok. Trek lurus msh sanggup 100km/jm. Jd bingung…
yg itu terlalu ekstrim,bro..sama dg di kawah ijen banyuwangi. Di awal artikel kan udah di sebukan..
dirubah roller belakangnya mas, semua orang di area gunnnung bromo dimodip itunya, kalo nggak gitu alamat sering ganti belt…
itulah keunikan biker tanah air…banyak akal.. 😀
ane kalo pke vario, bonceng ibunda+adik tercinta, suka kehabisan torsi, musti jalan zig zag deh biar bisa nanjak 😀
punya trik khusus,to..?
Ya aku biasa pake beat berboncengan. ndak masalah. ga kl merk lain. belum pernah coba. ya kl orang gunung dimodifikasi dikit. dah ngacir jalannya. cuma emang extra hati2. coz pas turun bisa ndlosor. wong ga ada brake engine.