Di daerah Mas Sayur, jembatan model ini di sebut sesek . Jembatan ini di bangun secara swadaya oleh warga karena tidak ada jembatan yang permanen jauh dari lokasi setempat dan jembatan ini di gunakan sebaga jalan pintas.Tak lupa,semua pengendara yang melewati jembatan ini ( khusus roda dua tentunya ) harus membayar “uang kas ” seikhlasnya demi perawatan “katanya” 😉 Entah perawatan jembatannya atau perawatan manusianya 😉
Parahnya lagi,setiap kali musim hujan dan air sungai di bawahnya meluap,jembatan model begini sering hanyut terbawa air sampai di laut selatan 🙁
🙁
sesek ing dada
Ditempat saya juga ada, jembatan perahu nyebutnya, karena emang seakan naik perahu, cuma nggak pake dayung melainkan dengan bantuan tali buat pegangan saat nyeberang, bayar seribu kalo nyeberang.
Tapi sekarang udah di renovasi, petugas nggak perlu lagi narik-narik perahu, tinggal duduk manis nerima duitnya, yang nyeberang tiap hari bisa ratusan.
Wah,kuat ya itu?
meriwis kalau lewat yo 😀
http://cicaakcerdas.wordpress.com/2013/09/27/marc-marquez-tetap-memilih-tunggangannya-yang-lamadaripada-motor-anyar-versi-th-2014/
hari gini?
Turut prihatin, pemdanya pada kemana tu
http://yudhadepp.blogspot.com/2013/09/motor-ala-moge-anak-smk-untuk-indonesia.html?m=1
kayak nggak kenal pemda aja…
btw..saya kesulitan komen di blog sampeyan,Pak Guru… 🙁
lha nang desoku yo isik ono lho pakdhe sing koyo kui
maklum kan aku wong ndeso
aku yo wong ndeso…. makane iku tak osting..soale lokasine iku ono nang kota sebelah kulon ku.. 🙂
Awasss…. kalau lobang, bisa ketemu yuyu kangkang 😀
yuyu kangkang wis mati… kepidak ban gambot.. 😉
Di Bojonegoro juga ada kang. Baru aja longsor,
Masih bang,,,besok tak foto kan jembatan di jalan tiap hari say pulang pergi kerja…sama…
tak tunggu…
masih ada tapi udah pada keropos. cuma yang punya nyali aja yg berani lewat pake motor
kuatir ambrol…