Review CBR250 R :
- Riding position. Nunduk, tapi nggak terlalu sesuai genrenya sebagai sport touring.
- Handling. Meskipun menggunakan monoshock, tapi tak ada efek limbung pada CBR250 R CBU Thailand ini meski membawa beban berat plus badan weight distribution. Bisa jadi ini disebabkan kekuatan monoshocknya yang lebih kaki dibandingkan CB150 dan juga efek dari beban motor itu sendiri yang cukup berat. (Just my opinion).
- Konsumsi bahan bakar irit. Meskipun 250 cc, namun karena sudah injeksi yang mana kebutuhan bahan bakar sudah diatur secara paten oleh ECU melalui ECU, maka efisiensinya bisa dibilang hampir sama dengan sport 150 cc.
- Performa mesin. Pada putaran bawah, impresinya tak jauh berbeda dengan sport 150 cc, baru terasa jika ini adalah sport 250 cc pada putaran mesin menengah, akselerasi nya sangat jauh berbeda dengan sport 150 cc dan tidak bisa dibuat “mainan”, apalagi sambil menggendong muatan berat.
- Ban sudah tubeless, dan sama sekali tak pernah mengalami gangguan dari sektor kaki-kaki selama penggunaan hampir 1,5 tahun.
- Sebagai motor CBU dan AHM sudah menghentikan importnya, ketersediaan partnya tentu sangat terbatas apalagi di tempat yang jauh dari ibukota seperti ditempat admin. Apalagi partai fast moving semacam kampas rem dan gear set. Hal inilah yang akhirnya membuat Mas Sayur sangat gembira ketika ada seseorang yang datang meminangnya dengan harga yang pantas. Tanpa pikir panjang, langsung saja dikasih 🙂. Lalu berganti armada ke New CB150 Streetfire.
Review New CB150 Streetfire :
- Riding position, serupa dengan CB150 Streetfire gen 1, posisi badan pengendara tak bisa tegak 90°, agak condong ke depan karena stang kemudi yang masih pendek, dan ini langsung Mas Sayur benahi dengan mengganti stang kemudi nya dengan stang kemudi Honda Tiger Revo “2010, sehingga riding position bisa tegak dan nyaman di pinggang tua.
- Performa mesin. Digembar-gemborkan membawa DNA MotoGP mesin baru yang perbandingan bore x stroke nya hampir sama dan ada yang menyebutnya mesin ” Near Square “, ditambah tekhnologi DOHC memang jauh berbeda dengan mesin pendahulunya yang overbore. Ringan di tarikan awal namun tetap perform di putaran tinggi. Ini yang membuat nyaman saat membawa beban berat baik di tanjakan maupun jalan datar yang lurus, terasa ringan banget tarikan mesinnya. Namun bukan tanpa cela, suara mesin sedikit kasar dibandingkan mesin pendahulunya.
- Handling. Opini pribadi, naked sport 150 cc nya Honda yang paling terasa stabil sebagai kuda beban ya ini, new CB 150 Streetfire.
- Konsumsi bahan bakar jelas irit, ban tubeless yang hampir tanpa kendala berarti.
- Rantai gampang kendor, berisik dan tercatat Mas Sayur pernah kejadian putus rantai beberapa kali saat sedang berjualan. Entah karena kualitas entah karena beban yang terlalu berat 😁
NEXT PAGE >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Advertisements
kalo untuk beban aku sih lebih pilih tipe sport naked, untuk sport fairing kurang suka lantaran riding posisi membungkuk.
Pinggang tua
banyak banget next page nya wkwk..
Dan sesuai perkiraan Verza lah juaranya coz torsi lebih gede daripada lainnya!
Aghighighi..
Jadi kesimpulannya tetap motor dengan dual shock yang paling stabil buat bawa beban ketimbang monoshock
Itoe betoel adanja
Aku pilih verza…. dual shock lrbih mumpuni
Saya lebih suka GL 200….posisi setangnya lebih tinggi jika dibandingka dengan dua motor lainnys